Cerpen Corona Rahmatan Lil-Alamin


 

Corona Rahmatan Lil-alamin

Oleh : Wakhit Nur Ananda

 

Bismillahirrohmanirrohiim

Nama Ku Wakhit Nur Ananda Aku tinggal di Desa yang asri,indah dan penuh kasih sayang. Burung selalu membersamai Kami warga desa dengan suara indah dan menggambarkan welas asih alam. Sepertinya alam sudah nyawiji (menyatu) dengan Kami. Aku lahir di akhir abad ke-20 tepatnya tanggal 22 Desember 1999. Sekarang umur Ku 20 berjalan dengan pelan tapi pasti ke-21 tahun. Aku di lahirkan atau dimandati Tuhan menjadi manusia Jawa. Kedua orang Tua Ku berprofesi sebagai Petani seperti kebanyakan penduduk di Desa. Merawat Kakak manusia yaitu alam dengan cinta dan kasih sayang-Nya. Kenapa Aku sebut alam sebagai Kakak karena alam (tumbuhan dan hewan) diciptakan sebelum manusia diciptakan. Sebenarnya tidak ada yang didunia ini yang tidak berkeluarga, semua makhluk Tuhan diciptakan dengan berkeluarga. Contoh Daun berkeluarga dengan batang, Batang berkeluarga dengan Akar, sedang kan akar berkeluarga dengan tanah, dan begitulah seterusnya. Semua saling berkesinambungan, semua saling melengkapi, saling membutuhkan.

Orang Jawa bukan hanya menyayangi makhluk-makhluk yang tampak, ia juga mencintai makhluk-makhluk yang kasat mata. Biasa orang jawa jaman dulu nenek moyang memberi sesajen atau sejenis bunga, ayam goreng ditempat-tempat keramat atau tempat yang disucikan. Danyang di wilayah tempat Ku tinggal katanya selalu melindungi batas teritorial dan warga desa. Mungkin ada yang bertanya apa itu Danyang?, Danyang adalah makhluk yang di yakini tinggal dan bersemayam di tempat-tempat keramat. Banyak orang yang bilang itu musyrik tapi bagiku itu adalah tradisi dimana manusia jawa saling mengamankan, saling menyamankan dengan makhluk lain, walaupun itu dengan makhluk yang tidak kasat mata sekalipun . Sebenarnya sesama manusia Kita tidak mempunyai hak untuk memusyrik seseorang, karena musyrik dan tidaknya manusia hanya Tuhan yang mengetahui. Kita tidak tahu niat orang yang memberi sesajen di tempat keramat. Musyrik tempat nya atau letak nya bukan di sesajennya, tapi diniatnya. Dan belum ada teknologi yang dapat mengetahui isi hati orang lain, tidak ada yang tahu niat dari mereka yang memberikan sesajen itu. Hanya Tuhan yang mempunyai hak prerogatif untuk menilai manusia itu musyrik atau tidak.

Bulan November 2019 tersiar kabar dari media sosial TV maupun internet. Bahwa ada virus menyerang kota Wuhan (China). Entah bagaimana dan sebab nya Virus ini diberikan nama “Corona”. Katanya karena virus ini jika diperbesar ada sebuah bentuk mahkota di sekitar virus ini. Hampir semua masyarakat nya terkena, sampai-sampai tenaga medis disana kuwalahan dengan jumlah pasien yang terkena wabah Virus ini. Pertama muncul dan terdengar tentang Virus ini Kami biasa saja, karena tinggal di Desa dan mempunyai kemungkinan kecil untuk terkena wabah ini. Sekian beberapa bulan kemudian Virus ini menyebar ke hampir seluruh dunia. Penyebarannya sangat masif , Virus ini menyebar dari manusia ke manusia. WHO organisasi kesehatan dunia mengumumkan bahwa Corona Virus (Covid-19) sebagai Pandemi, yaitu Virus menyebar hampir ke seluruh negara di dunia.

Pandemi Corona adalah hal yang dapat meningkat kan keimanan manusia dan pengetahuan manusia. Biasanya kita hanya membahas hal-hal yang bersifat abstrak yang biasa kita bahas disekolah-sekolah formal, dari Pandemi ini kita dapat bukti nyata realitas sesungguh nya tentang ilmu-ilmu. Tentu ini menyinggung Kenapa harus ada Corona? Apa salah manusia kepada Tuhan? Ini sebuah azab atau cobaan?. Semua manusia punya intensitas ilmu yang berbeda ada yang menganggap ini azab dan ada yang menganggap ini cobaan, bahkan ada yang berpendapat ini adalah waktu kemerdekaan manusia sedunia dari Kapitalis. Yang biasa tidak dapat berkumpul dengan keluarga karena sibuk bekerja sekarang bisa berkumpul yang sebenarnya sukar terjadi dengan rutinitas yang terjadi setiap hari untuk berkumpul dengan keluarga tercinta.

Rahmatan lil-alamin artinya menurutku Islam adalah rahmat bagi semua makhluk Tuhan. Dengan mentaddaburi kata rahmat ini adalah untuk semua makhluk Tuhan seperti planet-planet, gunung, lautan , langit dan alam semesta bahkan Islam bagi Ku bukan hanya untuk kaum muslimin tetapi juga untuk semua manusia. Islam adalah jalan agar kita kembali kepada Tuhan dengan selamat.

Aku sekarang bekerja sebagai Pramusaji disebuah instansi Pemerintah, Setiap pagi biasa nya Aku harus bekerja lebih awal dari semua karyawan karena pekerjaan Ku adalah membersihkan kantor dan merawat semua makhluk yang berada disana. Yang Ku maksud makhluk-makhluk adalah bunga mawar,bunga krokot dan bunga-bunga lainnya yang tumbuh dihalaman kantor tempat Ku bekerja. Menurut Ku menyirami bunga adalah bentuk contoh Rahmatan lil-alamin karena cinta tulus kepada makhluk lain. Kita sebagai Manusia adalah Kholifah bagi segala makhluk, pengayom semua Kakak-kakak kita yaitu Hewan,Tumbuhan dan bisa lebih luas yaitu kepada alam semesta. Walaupun Corona Virus sudah Pandemi, menyebar ke seluruh negara didunia Aku tetap harus bekerja. Ku ambil kunci motor Ku dan langsung berangkat dengan sepeda motor matic yang nyentrik. “Sreeeeng…….ngingngengngingngeng” suara aplikasi antara irama naik dan turun motor matic Ku. Aku sampai dikantor langsung saja mengambil sapu dan membersihkan halaman. Persis di samping tempat kerja terdapat tempat makan atau biasa di sebut dengan kantin. Sembari Aku membersihkan halaman datang lah pemilik kantin itu, Aku menyebutnya dengan nama Mbah Bandiah, Karena umurnya memang sudah lumayan tua heuheu. Mbah bandiah datang dengan sepeda mini yang dikeranjang nya terdapat banyak bahan masakan seperti telur, sayuran dan buah-buahan bahkan jajanan pasar. “Selamat pagi Mbah” Menyapa Mbah Bandiah dengan tujuan belaternya orang jawa. “Pagi Le, tolong ya bantu bawakan bahan belanjaan Mbah” Mbah Bandiah meminta tolong kepada Ku. Setiap kali orang jawa bertemu dijalan misalnya, tentu kita akan tegur sapa. Seperti kata dalang nasional "Jawa adalah saat engkau berjalan terus dan masih ada yang menyapa mu".

Seperti biasa Aku membantu Mbah Bandiah untuk membawakan belanjaannya dari sepeda mini milik nya. Ternyata belanjaan pasar yang di bawa oleh Mbah Bandiah berat juga. “Mbah , ini kan berat tapi Mbah masih kuat ya?” tanya Ku kepada Mbah Bandiah saat membawakan bahan belanjaan nya. “Wah ini sudah biasa Le, tapi sekarang rasa nya lebih berat mungkin karena otot Mbah sudah mulai tua” Dengan tersenyum Bahasa bercandaan Mbah Bandiah. Menurut Ku ini adalah bentuk pengayoman (Rahmatan lil-alamin) untuk manusia, apalagi untuk manusia di sekitar Ku.

Dengan melihat realitas di negeri ini masyarakat masih santai menghadapi pandemi Corona . Masih banyak pemuda-pemuda yang biasa nongkrong diwarung. Aku bekerja disini mempunyai rekan yang sangat dekat, Nova namanya. Dia adalah teman sekolah menengah Ku dulu. Saat Aku dan Nova duduk berdua di ruang tamu Kantor. Terkadang Aku berdiskusi dengan dirinya . “ Va , kenapa ya masih banyak orang-orang yang datang ke tempat-tempat ramai?” Topik pertama yang Ku tanyakan padanya. “Haha, namanya juga negeri pendekar-pendekar,tentu imunitas tubuh masyarakat kita lebih kuat-kuat lah heuheu….” Jawab Nova dengan fiksi-fiksi yang dibuat senyata mungkin olehnya. “Oh ,iya ya. Di negeri ini banyak pendekar-pendekar yang sakti-sakti kan heuheu…” Sambil Aku memakan pisang godog rasa nangka. Seharus nya masyarakat patuh dengan himbauan yang diberikan pemerintah. Padahal Corona Virus dapat menyebar melalui manusia ke manusia.

Dibawah pohon mangga depan kantor Aku duduk termenung dan berkata “Wahai Tuhan, kenapa engkau datang kan Corona Virus ini. Apakah ini sebuah musibah atau malah sebuah berkah?” . Sambil siul-siul dan menikmati pemandangan taman-taman penggambaran surga. Burung bernyanyi merdu dengan kepakan sayap penuh irama naik turun. Aku terpaku dengan dua burung yang sepertinya mereka adalah sebuah pasangan. Dua burung yang bermain kejar-kejaran dan saling menyeimbangkan antara satu dengan yang lain. Di bumi ini sebenarnya tidak ada yang tidak berkeluarga. Misalnya Seperti pohon mangga yang ada di depan Ku, ia mempunyai daun dan daun tentu berkeluarga dengan batang, batang berkeluarga dengan akar, dan akar berkeluarga dengan tanah begitu pula seterusnya. Semua saling bersinambungan antara satu makhluk degan makhluk yang lain.

Waktu menunjukkan jam 15.30 dan waktunya Aku untuk pulang. Ternyata warung Mbah Bandiah masih buka. Disana masih banyak makanan, seperti gorengan,telur asin, bahkan ada sayur bothok. “Mbah ini makanan nya masih banyak ya? Dengan tangan Ku membuka kertas tutup gorengan. “ Ya Le, Kamu beli ya” dengan guyonan merayu Ku. “ Ya Mbah Aku beli telur asin ya Mbah, buat Adik ku dirumah” jawab Ku kepada Mbah Bandiah. Lalu dimasukkan nya telur asin di plastik putih oleh Mbah Bandiah untuk Aku bawa pulang. Aku pun pamitan dengan Mbah Bandiah untuk pulang “Wassalamualaikum , Mbah” . “Waalaikumsalam Le, pulangnya hati-hati ya!” Pesan Mbah Bandiah kepada Ku. Ku nyalakan sepeda motor nyentri matic Ku dan meninggal kan warung kantin.

Aku pun sampai dirumah lalu Ku parkirkan sepeda motor. “Assalamualaikum” Sembari membuka pintu. “Waalaikumsalam Mas” Adik ku perempuan yang menjawab salam Ku. “Ini ada telur asin buat Kamu” Ku berikan telur asin yang telah Ku beli tadi kepada Adik perempuan Ku. “Terima kasih ya Mas” sambil tersenyum manja kesenengan. Di keluarga Kami selalu di ajari untuk berbagi antara Aku dan Adik Ku. Pernah ketika Adik Ku mempunyai makanan di selalu menyimpannya terlebih dahulu, sembari menunggu Ku pulang bekerja. Entah kenapa rasa tidak enak kalau punya makanan kita makan sendiri. Ini sebenarnya juga bentuk pengaplikasian diri Ku sebagai manusia yang manusia atau manusia rahmatan lil-alamin. Manusia yang rahmatan lil-alamin saling menyamankan,saling mengamankan saling menjaga satu sama lain.

Simbah Ku pernah berkata “Tidak penting Kamu hidup itu mau jadi apa.Tuhan tak melihat Kamu ini punya jabatan,punya uang banyak atau bahkan istri banyak heuheu”. Aku pun bertanya kepada simbah karena argumennya. “Dalam hidup itu yang terpenting adalah kamu bermanfaat untuk orang lain. Siapa tahu Kamu menjadi pejabat malah merugikan orang lain, Kamu menjadi mudhorotnya orang banyak?. Sarjana saja belum prestasi, sebelum ilmu yang Kamu dapat bermanfaat untuk orang lain.” Dengan biasa cipratan - cipratan ilmu dari Simbah Ku.

Dari Corona Virus kita dapat contoh nyata apa itu keadilan.Corona tidak melihat strata sosial Dia dapat menginfeksi siapa saja entah itu raja atau Presiden sekalipun. Corona Virus bukan hanya menyerang fisik manusia tapi juga jiwa-jiwa kosong manusia. Dengan dikabarkan nya setiap hari di TV dan media sosial membuat jiwa-jiwa manusia kelabakan. Ketakutan-ketakutan yang dibuat dialam bawah sadar mereka sendiri. Pemerintah pun mengeluarkan himbauan-himbauan agar rakyatnya tak terkena wabah Corona ini. Tapi dinegeri Ku tak ada manusia yang malati (dipatuhi). Walaupun dilarang untuk berjualan, pedagang dinegeri Ku tetap berjualan. Dengan berbekal tekat, Virus atau apapun itu akan dihadapi manusia dinegeri Ku.

Suatu ketika Aku keluar rumah untuk membeli sabun buat mandi. Senja memperlihat kan keindahannya membersamai Ku dengan lembayung Nya. Dipersimpangan jalan terlihat ada banyak polisi yang biasa menghimbau kepada pengendara untuk memakai masker. Entah kenapa dan bagaimana ada Bapak-bapak yang memakai masker yang aneh yaitu masker kecantikan heuheu. “Selamat pagi, Pak” saat seorang polisi bertanya kepada Bapak yang memakai masker kecantikan itu. ” Selamat pagi kembali, Pak polisi ada apa ya?” Bapak si pemakai masker kecantikan menjawab. “Bapak yang ganteng kenapa pakai masker yang itu? pertanyaan kedua dari Bapak Polisi. “ Loh bukannya ini masker ya Pak Polisi” jawaban nya sambil tersenyum. “ Yang dimaksud itu bukan masker kecantikan Bapak, tapi masker kesehatan yang dapat mencegah virus masuk dari mulut atau hidung Bapak” sambil Pak Polisi memberikan masker kepada Bapak yang memakai masker kecantikan. Dinegeri Ku yang indah, warganya yang sangat santai dalam menghadapi Pandemi Corona ini. Negeri Ku tak perlu restorasi karena sudah hebat dari dulunya.

Salah seorang Profesor di negeri sebrang berkata jika negeri Ku adalah bom waktu Virus ini. Tapi untuk Kami manusia manusia pri bumi bisa menjadi pawang Virus yang tidak kasat mata ini. Dia (Virus) hampir ruh (tidak dapat dilihat degan mata telanjang) dan biasa dinegeri Ku dapat berinteraksi dengan hal-hal yang tak dapat dilihat oleh mata. Bangsa barat berjalan diluar dirinya dengan membuat bangunan-bangunan yang indah nan megah. Manusia timur berjalan didalam dirinya dengan menanamkan tradisi budaya yang penuh dengan nilai-nilai. Tentu tidak ada ketertinggalan antara keduanya karena jalannya saja berbeda.

Sebelum bangsa barat dengan ilmu-ilmu,budaya dan tradisinya yang menguasai seluruh penjuru dunia. Negeri Ku juga mempunyai pengobatan secara timur yaitu suwuk. Barat dengan ilmu kedokterannya Timur dengan suwuk nya. Secara logika suwuk tidak mungkin menyembuhkan manusia, karena metode nya saja kadang tanpa menyentuh manusia yang sakit. Jika kedokteran mengobati dengan sistem teknis ilmu logika dan dapat dibuktikan. Suwuk berbeda ia dengan doa-doa yang dilantunkan dengan irama-irama Tuhan. Pernah Aku mendengar dan menyaksikan anak tetangga Ku yang dibawa ke orang suwuk, anak tetangga Ku itu sering menangis tanpa henti seperti rasa takut yang teramat sangat. Tapi setelah dibawa dan dilantunkan do’a- do’a jawa kuno Dia dapat sembuh. Entah bagaimana tapi ini nyata dan dapat dibuktikan.

Duduk diatas kursi warna coklat warisan nenek Ku diteras rumah. Aku dan Ibu Ku berada disana dengan menikmati irama rintikan hujan. Waktu itu hujan sangat damai menuntun manusia untuk tatap tenang menghadapi Corona Virus ini. Ditemani dengan pisang goreng yang buah nya baru diambil kemarin sore oleh Ku di kebun. Jika didesa itu hampir semua kebutuhan makan ada semua. Seperti Ibu Ku yang menanam sayur terong , cabai hingga ketela pohon. “ Bu, kapan ya wabah pandemi ini akan berakhir, sebentar lagi kan bulan puasa?” Saat Ku lempar pertanyaan pertama ditengah suara gegap gempita suara rintik hujan. “ Ya disabari saja Le, sebenarnya cara melawan Virus ini kan kita harus sabar” Jawab lemah lembut Ibu Ku.” Jawab Ku yang kedua adalah “ Sebenarnya melihat realitas yang ada dengan kemajuan teknologi yang mutakhir tentu gampang kan Bu untuk melawan Virus ini?”. “ Ya kamu berdo’a saja Le semua Pandemi Corona ini segera berakhir” Sembari memeluk Ku dengan sifat welas asih yang dimiliki oleh nya.

Corona virus yang kemarin sore tidak terlalu dikhawatirkan ternyata sudah sampai di Desa tetangga. Masyarakat di Desa Ku pun langsung berbuat yang semestinya, seperti membuat tempat cuci tangan di depan rumah, sering wudhu dan tak lupa berdoa kepada Tuhan.Kata seorang budayawan ulung dinegeri ini cara untuk menghindari virus Corona adalah wudhu jangan sampai putus. Maksudnya jika wudhu kita batal kita harus sesegera mungkin untuk wudhu (bersuci) kembali.

Dengan keadaan yang seperti ini negeri Ku masih terlihat santai. Realitas di lapangan tak seperti yang dikabarkan di media-media, semua terlihat biasa saja. Walaupun dihimbau polisi saat diwarung kopi, pemuda-pemuda di Desa Ku masih saja ngopi di warung.Aku sengaja untuk mampir diwarung untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya di masyarakat tentu sudah dengan alat-alat pelindung diri. Ternyata disana sudah ada seorang teman Ku yang bernama Hendra. Dengan memegang setangkai rokok sampoerna kesukaan nya Hendra menghisap dengan pelan tapi pasti.Kopi dan susu kesukaan nya tak dapat dihalangi siapapun. Seperti kebanyakan orang jawa Aku menyapa teman Ku ini “ Hai Ndra gimana kabar Mu?. Dia dengan kaget melihat diri Ku, karena tak biasa nya Aku mampir ke warung “ Oh , iya Khit tidak biasa nya kamu mampir diwarung? Hendra memberikan pertanyaan nya kepada Ku.” Iya ini mau lihat-lihat atau observasi apa dan kenapa masyarakat masih saja minum kopi diwarung heuheu”. Jawab Ku dengan nada guyonan. “ Khit kunci sehat menurut Ku adalah kita harus bahagia, dan mungkin dengan ngopi dan merokok adalah bentuk kebahagian orang yang ada disini” Sambil dia memegang rokok nya di menjawab. “ Oh, gitu ya” jawab Ku. Aku lalu pamitan dengan Hendra untuk pulang karena takut nanti jika ada apa-apa. Sebenarnya yang pasti dalam hidup adalah kematian. Kematian adalah kepastian sudah statis dengan ketentuan Tuhan.

Bulan yang suci yaitu bulan Ramadhan akan datang, di tempat Ku biasa saat akan dimulai bulan suci Ramadhan kita melakukan tradisi Ruwahan. Ruwahan bertujuan mengirimkan do’a-do’a kebaikan kepada roh yang telah meninggal. Biasa kegiatan ini diselingi dengan kenduren bareng yaitu makan bersama dengan satu RT. Walaupun ada Corona virus tetap saja Kami melakukan kegiatan ruwahan ini. Sesampainya di Langgar / Sawung tempat beribadah agama Islam atau tempat dimana kita dapat menjalankan fungi sosial seperti Kenduren / Selamatan seperti ini contohnya. Aku betemu dengan Simbah Ku Karena kebetulan Simbah adalah imam dalam langgar itu. Sebelum dimulai Aku bertanya dengan Simbah “Kenapa kegiatan tetap dilakukan padahal Mbah?, kan ada Virus yang dapat menyebar dari manusia kemanusia”. Simbah menjawab dengan santai tanpa ada rasa takut diwajah nya “ Tuhan tahu niat kita baik, tentu pasti Tuhan akan melindungi kita semua”. Dalam hati Aku merenung “ apakah ini yang dimaksud iman? Apakah ini yang dimaksud dengan beragama dan ber Tuhan”. Setelah semua masyarakat setempat datang kegiatan Ruwahan dimulai. Kegiatan bukan hanya di ikuti oleh orang dewasa tapi juga dengan anak-anak kecil. Ini adalah bentuk regenerasi untuk melanjutkan tradisi yang telah ditanam kan oleh nenek moyang. Hijrah dari kegelapan menuju cahaya. 

Sampai Saya menulis cerita ini Pandemi belum juga berakhir masih setiap hari bertambah dari ratusan hingga ribuan setiap hari di dunia. Tapi sebenarnya di prasangka dari keburukan-keburukan Corona manusia dapat memetik kebaikan. Manusia yang terjebak dalam Mesin kapitalis sadar jika hidup bukan hanya mencari uang. Mereka bisa kumpul keluarga yang tidak semestinya biasa mereka lakukan disetiap harinya. Manusia bisa sadar diri dengan hanya makhluk kecil dari dirinya dapat mengalah kan hampir semua Manusia.Setelah pandemi apa pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa ini? Sebenarnya alam lebih sehat jika manusia dirumah saja, udara serasa lebih segar, burung-burung lebih riuh merdu dari pada biasanya. Corona virus akan menjadi sejarah dalam kehidupan dunia.

Pemimpin-pemimpin yang biasa nya berbicara lantang tentang kekuasaan pun kehilangan kuasa. Semua di buat kalang kabut dengan datang nya Virus ini. Kehilangan taji saat akan bertarung. Ada juga pemimpin yang pagi bilang kedelai sore sudah bilang tempe.Dari Corona Kita dapat menyimpulkan jika kita semakin lembut kita semakin kuat. Besar belum tentu kuat dan menang dalam pertandingan. Virus Corona yang kecil pun dapat mengalah kan manusia di ronde 309 tahun kekalahan. Tapi sebenarnya dengan adanya Corona Virus alam seperti lebih asri, udara terasa sejuk, dan katanya lapisan ozon semakin menebal. Dengan adanya Corona Virus manusia merestart kembali ke kehidupan yang benar dan mengevaluasi apa yang salah, dalam kehidupan yang biasa mereka jalani biasanya. Dan apapun yang terjadi tidak ada pertolongan selain dari Tuhan Allah SWT dengan Rohman dan Rohim-Nya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »